Sebagai seorang anak, sudah seharusnya kita berbakti kepada kedua orang tua. Jika kita lihat jasa-jasa yang telah diberikan orang tua kepada kita, tentunya kita tidak akan dapat membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Mereka dengan ikhlas merawat kita hingga kita tumbuh dewasa, mereka tidak mengharapkan imbalan apapun kecuali agar anaknya dapat sehat dan menjadi anak yang shaleh. Sampai kapanpun seorang anak tidak akan dapat membalas budi orang tua. Kewajiban berbakti kepada orang tua tidak semata-mata karena jasa yang telah mereka berikan, melainkan juga perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu bagaimanakah adab kepada orang tua menurut syari'at Islam?
1. Menaati semua perintahnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan Kami wajibkan kepada manusia untuk (berbuat) baik kepada kedua orang tuanya. Namun jika keduanya memaksamu untuk (berbuat syirik) mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu menaatinya." (QS. Al-Ankabut: 8).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak boleh taat dalam kemaksiatan. Taat itu hanya boleh dalam kebaikan." (HR. Al-Bukhari: 6830).
2. Bertutur kata lemah lembut kepada orang tua, terutama ketika mereka sudah lanjut usia
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra': 23)*.
(*). Mengucapkan kata 'ah' kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
3. Tetap berbuat baik kepada orang tua meskipun mereka kafir selama tidak memerangi Islam
Asma binti Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiallahu 'Anha, ketika ibunya masih dalam keadaan musyrik dan akan berkunjung kepadanya, ia meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apakah boleh ia menyambung tali silaturahmi dengan ibunya? Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Ya, sambunglah silaturahmi dengan ibumu." (HR. Al-Bukhari: 2477).
4. Berbuat baik dan merendahkan diri di hadapan orang tua
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra': 24).
5. Mencurahkan bakti kepada ibu lebih besar daripada kepada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "'Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan baik dariku?'. Beliau menjawab, 'Ibumu.' Lelaki itu bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?'. Beliau kembali menjawab, 'Ibumu.' Lelaki itu kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?'. Beliau menjawab, 'Ibumu.' 'Lalu siapa lagi?', tanyanya. 'Ayahmu,' jawab Beliau." (HR. Al-Bukhari: 5626 dan Muslim: 2548).
6. Tidak mencaci-maki orang tua orang lain sehingga ia mencaci-maki orang tua kita
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "'Di antara dosa besar yang paling besar adalah seorang mencaci-maki orang tuanya.' Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang mencaci-maki orang tuanya?'. Beliau menjawab, 'Begini. Ia mencaci-maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci-maki ayahnya. Dan ia mencaci-maki ibu orang lain lalu orang itu membalas mencaci-maki ibunya.'" (HR. Al-Bukhari: 5628).
7. Berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat baik kepada orang tua kita
---Dinukil dari materi KHI (Kalender Hijriyah Istimewa)
Referensi:
- Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami fi Dhau' Al-Qur'an wa As-Sunah, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Darul Ashda' Al-Mujtama', Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su'udiyyah, cet. ke-11 (2010 M/1431 H).
- Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Darussalam.
- Syarh Riyadhush-Shalihin, Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin, Madarul Wathan Lin-Nasyr, Riyadh, cet. tahun 1426 H.
- Dan lain-lain.

Silakan tambahkan komentar sesuai dengan topik, terima kasih.
EmoticonEmoticon