Adab Menjenguk Orang Sakit

Anonim 12/30/2012 Add Comment
Adab Menjenguk Orang Sakit

Menjenguk orang sakit merupakan salah satu kewajiban mukmin satu terhadap mukmin yang lainnya. Namun, sebelum anda pergi menjenguk saudara Anda sesama muslim, maka perlu memperhatikan beberapa adabnya. Lalu bagaimanakah adab menjenguk orang sakit menurut syari'at Islam?

1. Hendaklah menjeguk dengan niat menjalankan perintah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam agar bernilai pahala

2. Mengetuk pintu hati dengan nasihat

Gunakanlah kesempatan menjenguk tersebut untuk memberikan nasihat kepada si sakit tentang hal-hal yang bermanfaat baginya. Seperti bertaubat, menyelesaikan hak-hak yang belum dipenuhinya, dan yang lainnya. 

3. Ingatkan si sakit agar senantiasa mengingat Allah dalam segala kondisi

Ingatkan dia agar memperbanyak dzikir dan istighfar, serta tetap menjaga shalat lima waktu. Dan bisa jadi si sakit belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang tata cara thaharah, shalat atau ibadah yang lain dalam kondisi sakit. Maka bila penjenguk punya ilmu tentang hal itu, hendaklah ia mengajarkan kepada si sakit.

4. Perhatikan kondisi si sakit

Hendaklah penjenguk melihat mana yang lebih bermanfaat bagi si sakit, apakah lama berada di sisi si sakit atau cukup sebentar saja. Bila ia melihat si sakit merasa senang dan terhibur dengan keberadaannya di sisinya, maka hendaklah ia menahan diri untuk lebih lama bersama si sakit. Namun bila sebaliknya, maka hendaklah ia tidak berlama-lama di tempat tersebut.

5. Penjenguk dianjurkan duduk di samping kepala orang yang sakit

Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam hadits Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhu ia berkata: "Apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjenguk orang sakit, beliau duduk di samping kepalanya." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad: 536, Shahih Al-Adabul Mufrad: 219).

6. Do'akanlah si sakit

Di antara do’a yang dituntunkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ialah:

- أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ، رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، أَنْ يَشْفِيَكَ


"Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb pemilik Arsy Yang Agung, agar Dia menyembuhkanmu."

Rasulullah mengatakan bahwa jika seseorang membaca do’a ini sebanyak 7 kali untuk orang yang sakit, niscaya sakitnya akan sembuh, Insya Allah. (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad: 536, Shahih al-Adabul Mufrad: 219).

- لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ


"Tidak mengapa, (sakit itu) akan mensucikan (dari dosa) Insya Allah." (HR. Al-Bukhari: 5338).

---

Dinukil dari materi KHI (Kalender Hijriyah Istimewa)

Referensi:
  1. Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami fi Dhau' Al-Qur'an wa As-Sunah, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Darul Ashda' Al-Mujtama', Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su'udiyyah, cet. ke-11 (2010 M/1431 H).
  2. Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Darussalam. 
  3. Syarh Riyadhush-Shalihin, Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin, Madarul Wathan Lin-Nasyr, Riyadh, cet. tahun 1426 H. 
  4. Dan lain-lain.

Adab Kepada Tetangga

Anonim 12/23/2012 Add Comment
Adab Kepada Tetangga

Di dalam ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Rasulullah telah mengajarkan bahwa seorang muslim mengakui adanya hak-hak dan adab-adab kepada tetangga. Kedua pihak yang bertetangga diwajibkan memberikan dan memenuhinya secara sempurna, demi terjalinnya kemaslahatan dan kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Karena pada hakikatnya, kerukunan dalam masyarakat ini akan terjalin apabila setiap orang dalam keluarga saling memenuhi atas hak-hak tetangganya. Lalu bagaimanakah adab kepada tetangga menurut syari'at Islam?

1. Tidak mengganggu atau menyakiti tetangga, baik dengan perkataan maupun perbuatan

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan tegas memperingatkan : "Tidak akan masuk surga (yaitu) orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya." (HR. Muslim: 46).

2. Berbuat jelek kepada tetangga dosanya jauh lebih besar daripada kepada selainnya

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: "Sungguh, seorang lelaki berzina dengan sepuluh wanita itu lebih ringan (dosanya) daripada ia berzina dengan istri tetangganya." (HR. Ahmad: 23905, As-Silsilah Ash-Shahihah: 65).

3. Memperbanyak kuah ketika memasak lalu memberikan sebagiannya kepada tetangga

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu: "Wahai Abu Dzar, apabila engkau memasak, perbanyaklah kuahnya kemudian undanglah tetanggamu (untuk makan bersama) atau bagikan (sebagiannya) kepada mereka." (HR. Muslim: 2625, Ahmad: 21364). 

4. Mendahulukan tetangga yang paling dekat pintunya dalam memberi sesuatu 

‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata: Saya berkata: "'Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga. Siapakah di antara mereka yang lebih berhak aku hadiahi?' Beliau menjawab, 'Tetangga yang paling dekat pintu rumahnya denganmu.'" (HR. Al-Bukhari: 2140).

5. Ancaman bagi orang yang pelit kepada tetangganya 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan: "Betapa banyak tetangga yang akan memegang tangan tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ‘Wahai Rabb-ku, orang ini menutup pintunya dariku dan dia enggan memberi apa yang ia miliki.'" (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad: 111, Shahih Al-Adabul Mufrad: 81). 

6. Tidak selayaknya seorang mukmin merasa kenyang sementara tetangganya kelaparan

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan: "Bukanlah ciri seorang mukmin (yaitu) jika ia merasa kenyang sementara (ia tahu) tengganya kelaparan." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad: 112, Shahih Al-Adabul Mufrad: 82).

---

Dinukil dari materi KHI (Kalender Hijriyah Istimewa)

Referensi:
  1. Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami fi Dhau' Al-Qur'an wa As-Sunah, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Darul Ashda' Al-Mujtama', Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su'udiyyah, cet. ke-11 (2010 M/1431 H). 
  2. Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Darussalam. 
  3. Syarh Riyadhush-Shalihin, Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin, Madarul Wathan Lin-Nasyr, Riyadh, cet. tahun 1426 H. 
  4. Dan lain-lain.

40 Keistimewaan dari Allah Untuk Kaum Wanita

12/19/2012 Add Comment

40 Keistimewaan dari Allah Untuk Kaum Wanita

Kaum wanita adalah salah satu makhluk Allah yang Allah ciptakan dengan berbagai keistimewaan yang ada padanya. Beberapa keistimewaan itu tidak dimiliki oleh kaum lelaki. Sangking istimewanya kaum wanita dalam islam salah satu surah dalam Al-Qur'an ada yang khusus membicarakan kaum wanita, yaitu surah An-Nisa'. Berikut adalah beberapa keistimewaan dari Allah untuk kaum wanita:

  1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika di tanya kepada Rasullullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam akan hal tersebut, jawab baginda:”Ibu lebih penyayang daripada bapak dan do'a orang yang penyayang tidak akan sia-sia.” 
  2. Wanita yang shalehah (baik) lebih baik daripada 70 orang lelaki yang shaleh. 
  3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, orang yang takut akan Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan di haramkan api neraka ke atas tubuhnya.
  4. Barangsiapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu di berikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail 'Alaihis Salam. 
  5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) di dalam syurga. 
  6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu ia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya syurga. 
  7. Daripada Aisyah Radhiallahu ‘anhu: “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.” 
  8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu. 
  9. Apabila memanggil kedua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu. 
  10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah ia dari pintu-pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab. 
  11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semua beristigfar baginya selama dia taat kepada suaminya serta menjaga shalat dan puasanya. 
  12. Aisyah Radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku bertanya kepada Rasullullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda “Suaminya.” ”Siapa pula yang berhak terhadap lelaki? Jawab baginda, “Ibunya.” 
  13. Perempuan apabila shalat lima waktu, puasa sebulan ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki. 
  14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun). 
  15. Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristiqfarlah para malaikat untuknya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan. 
  16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 
  17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya. 
  18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukkan daripada susunya di beri satu kebajikan. 
  19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba sahaya dengan ikhlas untuk membela agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 
  20. “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim: 1467). 
  21. Seorang wanita yang jahat ada lah lebeh buruk daripada 1000 lelaki yang jahat. 
  22. Dua raka’at shalat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 raka’at shalat wanita yang tidak hamil. 
  23. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan kifarah (tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidhnya membaca "Alhamdulillahi'alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah". Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa.", maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan dengan mudah melalui shiratul mustaqim yang aman dari siksa, bahkan AllahTa'ala mengangkat derajatnya, seperti derajatnya 40 orang yang mati syahid, apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya. 
  24. Wanita yang melayan dengan baik suaminya yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad. 
  25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat. 
  26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70.000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang di buat daripada Yakut. 
  27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit akan di ampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah. 
  28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “Bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkahan. 
  29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “Bismillah”, Allah akan berkahkan rezekinya. 
  30. Wanita yang menyapu lantai dengan dzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai Baitullah. 
  31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari 
  32. Wanita yang hamil akan mendapat pahala beribadah pada malam hari. 
  33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengaruniakan satu pahala haji. 
  34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid (syahid kecil yang melepaskan ia dari siksa kubur). 
  35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun shalat. 
  36. Jika wanita menyusui anaknya sampai berusia 2 tahun, maka para malaikat di langit akan mengabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. 
  37. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun shalat dan puasa.
  38. Wanita yang meninggal dunia dengan keridhaan suaminya akan memasuki syurga. 
  39. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadah. 
  40. Semua orang akan di panggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati Auratnya, yaitu memakai Purdah atau menutup Aurat di dunia ini dengan istiqamah.

Subhanallah.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

Adab Kepada Orang Tua

Anonim 12/16/2012 Add Comment
Adab Kepada Orang Tua

Sebagai seorang anak, sudah seharusnya kita berbakti kepada kedua orang tua. Jika kita lihat jasa-jasa yang telah diberikan orang tua kepada kita, tentunya kita tidak akan dapat membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Mereka dengan ikhlas merawat kita hingga kita tumbuh dewasa, mereka tidak mengharapkan imbalan apapun kecuali agar anaknya dapat sehat dan menjadi anak yang shaleh. Sampai kapanpun seorang anak tidak akan dapat membalas budi orang tua. Kewajiban berbakti kepada orang tua tidak semata-mata karena jasa yang telah mereka berikan, melainkan juga perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu bagaimanakah adab kepada orang tua menurut syari'at Islam?

1. Menaati semua perintahnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan Kami wajibkan kepada manusia untuk (berbuat) baik kepada kedua orang tuanya. Namun jika keduanya memaksamu untuk (berbuat syirik) mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu menaatinya." (QS. Al-Ankabut: 8).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak boleh taat dalam kemaksiatan. Taat itu hanya boleh dalam kebaikan." (HR. Al-Bukhari: 6830).

2. Bertutur kata lemah lembut kepada orang tua, terutama ketika mereka sudah lanjut usia

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra': 23)*.

(*). Mengucapkan kata 'ah' kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

3. Tetap berbuat baik kepada orang tua meskipun mereka kafir selama tidak memerangi Islam

Asma binti Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiallahu 'Anha, ketika ibunya masih dalam keadaan musyrik dan akan berkunjung kepadanya, ia meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apakah boleh ia menyambung tali silaturahmi dengan ibunya? Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Ya, sambunglah silaturahmi dengan ibumu." (HR. Al-Bukhari: 2477).

4. Berbuat baik dan merendahkan diri di hadapan orang tua

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra': 24).

5. Mencurahkan bakti kepada ibu lebih besar daripada kepada ayah

Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "'Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan baik dariku?'. Beliau menjawab, 'Ibumu.' Lelaki itu bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?'. Beliau kembali menjawab, 'Ibumu.' Lelaki itu kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?'. Beliau menjawab, 'Ibumu.' 'Lalu siapa lagi?', tanyanya. 'Ayahmu,' jawab Beliau." (HR. Al-Bukhari: 5626 dan Muslim: 2548).

6. Tidak mencaci-maki orang tua orang lain sehingga ia mencaci-maki orang tua kita

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "'Di antara dosa besar yang paling besar adalah seorang mencaci-maki orang tuanya.' Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang mencaci-maki orang tuanya?'. Beliau menjawab, 'Begini. Ia mencaci-maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci-maki ayahnya. Dan ia mencaci-maki ibu orang lain lalu orang itu membalas mencaci-maki ibunya.'" (HR. Al-Bukhari: 5628).

7. Berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat baik kepada orang tua kita

---

Dinukil dari materi KHI (Kalender Hijriyah Istimewa)

Referensi:
  1. Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami fi Dhau' Al-Qur'an wa As-Sunah, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Darul Ashda' Al-Mujtama', Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su'udiyyah, cet. ke-11 (2010 M/1431 H). 
  2. Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Darussalam. 
  3. Syarh Riyadhush-Shalihin, Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin, Madarul Wathan Lin-Nasyr, Riyadh, cet. tahun 1426 H. 
  4. Dan lain-lain.

Adab-Adab Bepergian (Safar) Bag. II

Anonim 12/09/2012 Add Comment

Adab-Adab Bepergian (Safar) Bag. II

8. Do'a untuk orang yang akan bepergian

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah mendo'akan orang yang akan bepergian: 

أَسْتَوْدَعُ اللهَ لِدِيْنِك وَأَمَانَتِك وَخَوَاتِيْمِ عَمَلِك


"Saya titipkan agamamu, amanahmu dan akhir dari amalmu kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi: 3443, Shahih At-Tirmidzi: 2738).

9. Hendaklah orang yang bersafar ketika meninggalkan rumahnya berdo’a

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّه


(Bismillahi tawwakaltu ‘alallahi, laa hawla wa laa quwwata illa billaah) "Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah."

اللَّهمَّ إني أعوذ بك أَن أَضِلَّ أو أُضَلَّ ، أَو أَزِلَّ أو أُزَلَّ ، أو أَجهَلَ أو يُجهَلَ عليَّ


(Allahumma inni ‘audzubika, an adhilla au adhall, au azilla au azill, au jahala au yujahala ‘aliyy) “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (syaithan atau orang yang berwatak syaithan), atau tergelincir dan digelincirkan (orang lain), atau dari berbuat bodoh atau dibodohi.” (Shahih, di shahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Shahih Abi Dawud: 5094). 

10. Dilarang bagi wanita safar tanpa ada mahram

Syariat yang suci melarang seorang wanita safar sendirian tanpa ditemani mahram. Bukhari dan Muslim serta selain keduanya meriwayatkan bahwa Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bersafar dalam jarak sehari semalam tanpa didampingi mahram.” Dalam lafazh Muslim: “Tidak halal bagi wanita Muslimah untuk safar dalam jarak semalam kecuali bersamanya seorang laki-laki yang merupakan mahramnya.” (HR. Bukhari).

11. Mengucapkan Allahu Akbar ketika jalan menanjak, dan Subhanallah ketika jalan menurun

Berdasarkan hadist dari Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhu  ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bala tentaranya, bila berjalan menaiki bukit mereka bertakbir, dan bila melewati jalan menurun mereka bertasbih.” (HR. Abu Dawud: 2599, Shahih Abi Dawud: 2339).

12. Berdo’a saat singgah di suatu tempat

Sebagaimana hadist dari Khaulah binti Hakim Radhiallahu 'Anha,  dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa singgah di suatu tempat lalu mengucapkan:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ


"(Aku berlindung dengan kalam Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya) Niscaya dia tidak akan terkena gangguan apapun hingga meninggalkan tempat tersebut.” (HR. Muslim: 2708).

13. Segera pulang bila urusan selesai

Berdasarkan hadist dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Safar (perjalanan jauh) adalah bagian dari adzab yang menahan kalian dari makan, minum dan tidur. Apabila urusan kalian telah selesai, segeralah kembali kepada keluarga kalian.” (HR. Al-Bukhari: 1710).

---

Dinukil dari materi KHI (Kalender Hijriyah Istimewa)

Referensi:
  1. Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami fi Dhau' Al-Qur'an wa As-Sunah, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Darul Ashda' Al-Mujtama', Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su'udiyyah, cet. ke-11 (2010 M/1431 H). 
  2. Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Darussalam. 
  3. Syarh Riyadhush-Shalihin, Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin, Madarul Wathan Lin-Nasyr, Riyadh, cet. tahun 1426 H. 
  4. Dan lain-lain.

Adab-Adab Bepergian (Safar) Bag. I

Anonim 12/02/2012 Add Comment
Adab-Adab Bepergian (Safar) Bag. I

Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin hampir setiap hari kita meninggalkan rumah, baik untuk bekerja ataupun belajar mencari ilmu. Dengan makin mudahnya sarana dan alat transportasi saat ini bukanlah berarti kita melalaikan adab-adab yang ada, apalagi yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Di zaman yang serba canggih seperti sekarang siapapun bisa menempuh perjalanan terjauh di dunia hanya dengan hitungan hari atau jam. Namun, seiring dengan kemudahan yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita, tidaklah lantas membuat kita mengabaikan adab-adab safar (bepergian) yang telah dituntunkan oleh syari'at Islam. Lalu bagaimanakah adab ketika bersafar menurut syari'at Islam?

1. Berpamitan terlebih dahulu

Disunnahkan bagi orang yang hendak bepergian untuk berpamitan kepada keluarga, kerabat dan saudara-saudara yang akan ditinggalkannya. Berpamitan sebelum menjalankan safar, sering menjadi sebuah sunnah yang terabaikan. Sangat sedikit orang yang mengamalkannya, yakni seorang musafir berpamitan dengan mengucapkan doa seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Qaz`ah, dia berkata: Ibnu Umar berkata kepadaku: “Kemarilah, saya akan berpamitan kepada engkau sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpamitan kepadaku, yaitu beliau mengucapkan doa:

أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ


“Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya.” (HR. Ibnu Majah: 2825, Shahih Ibnu Majah: 2815).

Berkata Imam Ibnu Abdil Barr Rahimahullah: “Jika salah seorang dari kalian keluar bersafar maka hendaklah ia berpamitan kepada saudaranya, karena Allah Subhanahu wa Ta`ala menjadikan pada doa mereka berkah.”

2. Dianjurkan bepergian pada hari Kamis

Hal ini berdasarkan hadist dari Ka'ab bin Malik Radhiallahu 'Anhu dari bapaknya berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar menuju Perang Tabuk pada hari Kamis, dan beliau suka keluar pada hari Kamis.” (HR. Al-Bukhari: 2790).

Dan dalam lafal yang lain: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat jarang bepergian pada selain hari Kamis.” (HR. Al-Bukhari: 2789).

3. Sebaiknya tidak sendirian saat bepergian

Terdapat hadits dari Abdullah bin ‘Amr Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda: “Seandainya manusia tahu apa yang aku ketahui tentang kesendirian (dalam bepergian), niscaya tidak akan ada seorangpun yang menaiki kendaraan sendiri di malam hari.” (HR. Al-Bukhari: 2836).

Larangan safar sendirian juga terdapat dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berkata: ”Yang bersafar sendirian maka temannya adalah syaithan, dan yang bersafar hanya berdua maka temannya adalah syaithan, dan yang bersafar bertiga maka dia yang dinamakan bersafar.” (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Al-Albani Rahimahullah).

4. Sebaiknya lakukan perjalanan pada malam hari

Berdasarkan hadist dari Anas Radhiallahu 'Anhu beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Lakukanlah perjalanan di malam hari, karena sesungguhnya jarak bumi dipersempit ketika malam hari.” (HR. Abu Dawud: 2571).

5. Menunjuk pemimpin safar

Bila tiga orang atau lebih bepergian bersama, tunjuklah salah satunya untuk menjadi pemimpin selama perjalanan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: “Apabila tiga orang atau lebih akan bepergian jauh, hendaknya salah seorang dari mereka diangkat sebagai pemimpin.” (HR. Abu Dawud: 2608, As-Silsilah Ash-Shahihah: 1322).

6. Bila dua orang bepergian bersama, jangan mudah berselisih pendapat

Dari Sa'id bin Abu Burdah Radhiallahu 'Anhu dari bapaknya dari kakeknya berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz Radhiallahu 'Anhu dan Abu Musa Al-'Asy'ari Radhiallahu 'Anhu pergi ke Yaman, lalu berpesan kepada mereka: "Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti, bersatulah dan jangan berselisih." (HR. Al-Bukhari: 2873 dan Muslim: 1733).

7. Dilarang membawa anjing dan lonceng ketika safar

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang membawa anjing dan lonceng dalam safar. Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Malaikat tidak akan menemani safar seseorang yang ditemani anjing dan membawa lonceng/alat musik.” (HR. Muslim).

Sebab dilarangnya lonceng karena itu merupakan terompet syaithan. Dalam hal ini terdapat jelas dalam riwayat Muslim dan selainnya dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu  beliau berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Terompet adalah merupakan seruling syaithan.” (HR. Muslim).

(bersambung...)