Buya Hamka, Ketika Air Tuba Dibalas Air Susu

10/20/2013 Add Comment


Remash-smkn1batam.tk - Di sepetak ruang. Di sudut lorong-lorong gelap, berkelok, tak tahu di mana ujungnya. Ruangan itu tak kalah gelap. Hanya cahaya dari balik jendela kecil di atas sana yang lariknya menembus, membelai debu-debu beterbangan, menyapa lembaran kertas yang menumpuk. Lembaran yang begitu rapi. Lembaran yang ia tulis, selama dua tahun 4 bulan. Di balik jeruji, di pinggiran Sukabumi. Atas tuduhan makar, kezaliman rezim tiran tak berdasar.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, karib disapa Buya Hamka. Kalam suci ilahi, dengan tekun, ia ulang hafalannya. Mengeja ayat demi ayat. Merenungkan satu per satu maknanya, hingga khatam, seluruhnya tergenapi. Ada haru membiru. Ada tangis berlapis senyum bahagia, di sana. Allah terasa begitu dekat.

Seperti Ibnu Taimiyyah dulu kala. Berteman secarik kertas, berikut tinta dan pena. Tempat menorehkan tulisan hasil perenunangan. Berjilid-jilid karya keluar dari balik jeruji. Orang-orang berdatangan, meminta fatwa. Dari balik jeruji besi itu, dalam gelap ia menjawab. Jadilah berjilid-jilid Majmu Fatawa di sana. Tak ada rasa takut sama sekali. Bahwa penjara baginya, adalah surga.

Malam harinya diisi dengan berdiri, rukuk, sujud. Sungguh, tak ada yang terpenjara di sana. Jiwanya merdeka. Tak ada yang terkekang di sana. Tangannya lincah menulis pesan penuh makna. Alam pikirnya mengembara, merenungi KemahaanNya.
Atau seperti laiknya sahabat seperjuangan di belahan bumi lain, Mesir, Sayyid Quthb. Rezim tiran tak mampu membungkam alam pikirnya, meski jasad terpenjara. Bertemankan lembaran kertas, juga pena. Lahirlah karya monumental Tafsir Fii Dzilal Al Quran. 
Buya Hamka, nyaris serupa. Tafsir Al Quran 30 Juz yang kelak dinamakan Tafsir Al Azhar ia rampungkan, ditemani dinginnya jeruji besi, di masa kepemimpinan Soekarno. Rezim berganti, orde lama berganti rezim yang dinamai orde baru. Tak disangka, Buya Hamka bisa menghirup udara bebas.

Hamka dan Soekarno 

Setelah bebas dari penjara, Hamka tak tahu kabar Soekarno, penguasa yang memenjarakannya kala itu. Ingatannya melompat ke masa ke belakang. Saat ia tanpa tedeng aling-aling mengritik pemerintahan yang akan memaksakan penerapan sistem demokrasi terpimpin. 

“..Trias Politica sudah kabur di Indonesia….Demokrasi terpimpin adalah totaliterisme…Front Nasional adalah partai Negara…” teriak Hamka menggema di Gedung Konstituante tahun 1959, ketika memajukan Islam sebagai dasar Negara Indonesia dalam sidang perumusan dasar Negara. Tak lama, Konstituante dibubarkan oleh Soekarno. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), partai tempat bernaung Buya Hamka pun dibubarkan paksa. Para pimpinannya ditangkap, dijebloskan ke balik jeruji.

Perbedaan pandangan politik Hamka yang dikenal Islamis, dengan Soekarno yang seorang sekularis, kian menajam dengan penangkapan dan pemenjaraan rival-rival politiknya. Meski begitu, tak ada sumpah serapah yang keluar dari seorang Buya Hamka kepada sang pemimpin kala itu. Saat dijemput paksa untuk langsung dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan, Hamka hanya pasrah, bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.

Pun setelah bebas, tak ada dendam di sana. Tak ada rasa ingin membalas, menuntut, atau melakukan tindakan membela diri. Padahal, ketika itu, buku-buku karangan Buya dilarang beredar oleh pemerintah. Tak ada rasa kesal di sana. Tak ada mengeluh, atau umpatan. Semua ia serahkan kepada Allah, sebaik-baik penolong.

Justru, demikian besar keinginan Hamka untuk bersua Soekarno. Mengucap syukur, karenanya, ia bisa menyelesaikan Tafsir Al Azhar dari balik penjara. Karenanya, ia bisa begitu dekat dengan Allah. Karenanya, jalan hidupnya begitu indah, walau penuh ragam ujian.

Soekarno, dimanakah sekarang ia berada? Tak tahu.. Begitu rindu, Hamka ingin bertemu dengannya. Tak ada marah dari seorang Buya. Telah lama..telah lama sekali, kalaupun Soekarno mengucap maaf, telah lama hatinya membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Bahkan, ada syukur di sana.

Tapi dimana? Di mana Soekarno sekarang? Ingin sekali Buya bertemu dengannya. Pertanyaannya terjawab, namun bukan jawaban biasa. 16 Juni 1970, Ajudan Soeharto, Mayjen Soeryo datang menemui Hamka di Kebayoran, membawa secarik kertas. Sebuah pesan -bisa dibilang pesan terakhir- dari Soekarno. Dipandangnya lamat-lamat kertas itu, lalu dibaca pelan-pelan.

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.” (Soekarno)

Mata begitu bening, seperti halnya kaca membaca tulisan ini. Sebuah pesan, dari seorang mantan pucuk pimpinan negeri. Dimana? Dimana Soekarno sekarang? Begitu rindu ingin bertemu dengannya. Mayjen Soeryo berkata, “Ia.. Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD. Sekarang jenazahnya telah di bawa ke Wisma Yoso.”

Mata ini semakin berkaca-kaca. Tak sempat rindu ini berbalas. Hamka hanya dapat bertemu dengan sosok yang jasadnya sudah terbujur kaku. Ingin rasanya, air mata itu mengalir, namun dirinya harus tegar. Ia kecup sang Proklamator, dengan doa, ia mohonkan ampun atas dosa-dosa sang mantan penguasa, dosa orang yang memasukkannya ke penjara.

Kini, di hadapannya, terbujur jasad Soekarno. Sungguh, kematian itu begitu dekat. Dengan takbir, ia mulai memimpin shalat jenazah. Untuk memenuhi keinginan terakhir Soekarno. Mungkin, ini isyarat permohonan maaf Soekarno pada Hamka. Isak tangis haru, terdengar di sekeliling.

Usai Shalat, selesai berdoa, ada yang bertanya pada sang Buya, "Apa Buya tidak dendam kepada Soekarno yang telah menahan Buya sekian lama di penjara?"

Dengan lembut, sang Buya menjawab, "Hanya Allah yang mengetahui seseorang itu munafik atau tidak. Yang jelas, sampai ajalnya, dia tetap seorang muslim. Kita wajib menyelenggarakan jenazahnya dengan baik."

Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu anugerah dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al Quran 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu.”

Sungguh, air mata menetes mendengar penjelasan Buya. Begitu luas jiwanya, hingga permasalahan, baginya ialah setitik tinta, yang diteteskan ke luasnya samudera. Tak ada bekas di sana. Tak pernah ada rasa dendam sama sekali. Dengan senyum dan tenang, ia jalani semua lika-liku kehidupan.

Subhanallah. 

Semoga kisah diatas dapat memberikan pelajaran berarti bagi kita kedepannya. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

10 Godaan Syaitan dalam Shalat yang Harus Kita Waspadai

10/01/2013 Add Comment


Sumber Gambar 

Remash-smkn1batam.tk - Fenomena yang menyedihkan tetapi sering terjadi dalam shalat adalah keadaan seseorang yang tidak lagi memahami apa yang dilakukan dalam shalatnya. Bisikan-bisikan syaitan telah menggerogoti shalatnya, sehingga hanya sedikit yang dilakukan penuh kesadaran apalagi dalam keadaan hati yang terpaut pada Allah. Dari keseluruhan waktu shalat hanya sedikit untuk mengingat Allah sedang sisanya telah disambar oleh setan sehingga kita memanjangkan angan-angan, memikirkan problema kita, menguap, ngantuk bahkan malas. Bukannya justru ‘berbicara’ dan ‘menghadap’ kepada Allah dengan penuh rasa takut, malu, tawadhu, malah asal-asalan dalam melaksanakan shalat, asal shalat ditunaikan.

Berikut ini beberapa godaan syaitan dalam shalat yang harus kita waspadai:

1.  Was-was Saat Melaksanakan Takbiratul Ihram

Saat mulai membaca takbiratul ihram “Allahu Akbar”, ia ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sudah sah atau belum sah. Sehingga ia langsung mengulanginya lagi dengan membaca takbir. Peristiwa itu terus menerus terulang, terkadang sampai imamnya hampir ruku’.

Ibnul Qayyim Rahimahullaah berkata: “Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam sholat." Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak tenteram.

2.  Tidak Konsentrasi Saat Membaca Bacaan Shalat

Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu ‘Utsman bin Abil ‘Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah hadir dalam sholatku dan membuat bacaanku salah dan rancu.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Itulah syaitan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akupun melakukan hal itu dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghilangkan gangguan itu dariku.” (HR. Muslim).

3.  Lupa Jumlah Raka’at yang Telah Dikerjakan

Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Jika salah seorang dari kalian shalat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa raka’at yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Hadirnya Pikiran yang Memalingkan Konsentrasi

Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila dikumandangkan azan shalat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara azan tersebut. Apabila muadzin telah selesai azan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan, ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang shalat seraya berkata kepadanya: “Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!”, sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia sholat.” (HR. Bukhari).

5. Tergesa-gesa Untuk Menyelesaikan Shalat

Ibnul Qayyim berkata: “Sesungguhnya ketergesa-gesaan itu datangnya dari syaitan, karena tergesa-gesa adalah sifat gegabah dan sembrono yang menghalang-halangi seseorang untuk berprilaku hati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tergesa-gesa muncul karena dua perilaku buruk, yaitu sembrono dan buru-buru sebelum waktunya.”

Tentu saja bila sholat dalam keadaan tergesa-gesa, maka cara pelaksanaannya asal mengerjakan solat, asal selesai, sudah!!!. Tidak ada ketenangan atau thuma’ninah.

Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada orang sholat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkannya untuk mengulanginya lagi karena shalat yang telah ia kerjakan belum sah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Apabila kamu sholat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah dari Al-Qur’an yang mudah bagimu, lalu ruku’lah sampai kamu benar-benar ruku’ (thuma’ninah), lalu bangkitlah dari ruku’ sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma’ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap raka’at shalatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Melakukan Gerakan-gerakan yang Tidak Perlu

Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas solat. “Jangan bermain kerikil ketika sholat karena perbuatan tersebut berasal dari syaitan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”. Orang tersebut bertanya: “Apa yang dilakukannya?” Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. “Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”, kata Ibnu Umar. (HR. Tirmidzi).

7. Menengok Ke Kanan Atau Ke Kiri Ketika Shalat

Dengan sadar atau tidak, seseorang yang sedang sholat memandang ke kiri atau ke kanan, itulah akibat godaan syaitan penggoda. Karena itu, setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Yaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan tidak mudah dicuri oleh syaitan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang hukum menengok ketika sholat.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Itu adalah curian syaitan atas shalat seorang hamba.” (HR. Bukhari).

8. Menguap dan Mengantuk

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Menguap ketika sholat itu dari syaitan. Karena itu bila kalian ingin menguap, maka tahanlah sebisa mungkin.” (HR. Thabrani).

Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Adapun menguap itu datangnya dari syaitan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha… berarti syaitan tertawa dalam mulutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

9. Bersin Berulang Kali Saat Sholat

Syaitan ingin mengganggu kekhusyukkan sholat dengan bersin, sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas’ud, “Menguap dan bersin dalam shalat itu dari syaitan” (HR. Thabrani).

Ibnu Hajar menguraikan pernyataan Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu, “Bersin yang tidak disenangi Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah yang terjadi dalam sholat, sedangkan bersin di luar shalat itu tetap disenangi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal itu tidak lain karena syaitan memang ingin mengganggu shalat seseorang dengan berbagai cara.”

10. Terasa Ingin Buang Angin atau Buang Air

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya.” (HR. Muslim).

Berbahagialah orang-orang muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syaitan dalam solat. Semoga kita semua dibebaskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari gangguan-gangguan tersebut. Dan bagi yang merasakan gangguan tersebut, sebagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan godaan syaitan yang terkutuk.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

Di Balik Do'a Yang Tidak Terkabul

10/01/2013 Add Comment
Di Balik Do'a Yang Tidak Terkabul

Dikisahkan ada seorang pemuda yang rajin berdoa dan meminta sesuatu dengan Allah. Orangnya shaleh. Ibadahnya baik. Tapi do'a yang dipanjatkannya tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu masih belum terkabul juga. Tetap dia berdo'a. Tiga bulan juga belum. Tetap dia berdo'a. Hingga hampir satu tahun do'a yang ia panjatkan, belum terkabul juga.

Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Shalat masih bolong-bolong. Kelakuannya juga sering tidak beres, sering minipu, berbohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia do'akan, semuanya dipenuhi. Orang shaleh ini pun heran. Akhirnya, dia pun datang mengunjungi seorang ustadz untuk bertanya. Diceritakanlah permasalahan yang sedang ia hadapi kepada sang ustadz tadi, yakni tentang do'anya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah dapat apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah ustadz tadi. Bertanyalah si ustadz kepada pemuda tadi. Kalau Anda sedang duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, main musiknya tidak bagus, suaranya fals, bagaimana? Orang shaleh tadi menjawab, "Segera saya kasih uang pak ustadz, saya tidak tahan melihat dan mendengarkan dia berlama-lama di situ, sambil bernyanyi pula."

"Kalau pengamen yang dateng rapi, main musiknya bagus, suaranya merdu, membawakan lagu yang kamu suka, bagaimana?", lanjut si ustadz. "Wah, kalo begitu, saya akan mendengarkannya ustadz. Saya akan biarkan dia bernyanyi sampai lagunya habis. Lama pun tidak masalah. Kalau perlu saya suruh bernyanyi lagi. Kalau pengamen tadi saya kasih 500, yang ini 10.000 juga berani ustadz.", sambung si pemuda tadi.

Si ustadz pun tersenyum. begitulah nak. Allah ketika melihat engkau, yang shaleh, datang menghadap-Nya, Allah betah mendengarkan doamu. Melihat kamu. Dan Allah ingin sering bertemu dengan kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia ingin menahan kamu agar khusyu', agar terus dekat sama Dia. Coba bayangin, kalo do'amu cepat dikabulkan, apa kamu bakal sedekat ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta. Beda sama temanmu itu. Allah sepertinya tidak mau dia dekat-dekat sama Allah. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia itu. Makanya Allah dengan segera mengabulkan do'anya. Udah. Jatahnya ya segitu saja. Tidak nambah lagi."

"Dan yakinlah", kata si ustadz, "kalaupun apa yang kamu minta ternyata tidak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak. Dan sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga untuk kita. Di sana kita tidak akan merasa kurang sedikitpun."

Tersadarlah pemuda tadi. Ia pun langsung beristighfar, karena sudah berprasangka buruk kepada Allah. Padahal Allah betul-betul sangat menyayanginya.

Subhanallah.

Semoga kisah diatas dapat memberikan pelajaran berarti bagi kita kedepannya. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

Oleh: Nuruzzaman Ash-Siddiq