Panjang Tangan dan Sedekah

12/01/2013 Add Comment


Sumber Gambar 

Remash-smkn1batam.tk - Dalam suatu riwayat 'Aisyah pernah berkisah, bahwa suatu waktu setelah kematian Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, para istrinya berkumpul pada suatu rumah salah satu diantaranya. Lalu mereka mengukur tangan-tangan mereka di tembok untuk mencari tangan mana yang terpanjang. Aktivitas ini sering dilakukan mereka, sampai meninggalnya Zainab binti Jahsy.

Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam? Ternyata, suatu waktu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim, "Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang tangannya."

Yang paling cepat menyusul Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lainnya.

Mengapa Zainab? Menurut 'Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ath-Thbarani dalam Al-Ausath disebutkan bahwa Zainab Radhiallahu 'anha merajut pakaian kemudian memberikannya kepada pasukan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Para pasukan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjahit serta memanfaatkannya pada saat peperangan.

Akhirnya para istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun mengetahui maksud Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengenai apa yang disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah yang dimaksud dalam hadits tersebut.

Subhanallah.

Semoga kisah diatas dapat memberikan pelajaran berarti bagi kita kedepannya. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

Oleh: Diyah Kusumawardhani, dimuat dalam Majalah Sabili edisi 23 tahun, XVIII Agustus 2011.

Buya Hamka, Ketika Air Tuba Dibalas Air Susu

10/20/2013 Add Comment


Remash-smkn1batam.tk - Di sepetak ruang. Di sudut lorong-lorong gelap, berkelok, tak tahu di mana ujungnya. Ruangan itu tak kalah gelap. Hanya cahaya dari balik jendela kecil di atas sana yang lariknya menembus, membelai debu-debu beterbangan, menyapa lembaran kertas yang menumpuk. Lembaran yang begitu rapi. Lembaran yang ia tulis, selama dua tahun 4 bulan. Di balik jeruji, di pinggiran Sukabumi. Atas tuduhan makar, kezaliman rezim tiran tak berdasar.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, karib disapa Buya Hamka. Kalam suci ilahi, dengan tekun, ia ulang hafalannya. Mengeja ayat demi ayat. Merenungkan satu per satu maknanya, hingga khatam, seluruhnya tergenapi. Ada haru membiru. Ada tangis berlapis senyum bahagia, di sana. Allah terasa begitu dekat.

Seperti Ibnu Taimiyyah dulu kala. Berteman secarik kertas, berikut tinta dan pena. Tempat menorehkan tulisan hasil perenunangan. Berjilid-jilid karya keluar dari balik jeruji. Orang-orang berdatangan, meminta fatwa. Dari balik jeruji besi itu, dalam gelap ia menjawab. Jadilah berjilid-jilid Majmu Fatawa di sana. Tak ada rasa takut sama sekali. Bahwa penjara baginya, adalah surga.

Malam harinya diisi dengan berdiri, rukuk, sujud. Sungguh, tak ada yang terpenjara di sana. Jiwanya merdeka. Tak ada yang terkekang di sana. Tangannya lincah menulis pesan penuh makna. Alam pikirnya mengembara, merenungi KemahaanNya.
Atau seperti laiknya sahabat seperjuangan di belahan bumi lain, Mesir, Sayyid Quthb. Rezim tiran tak mampu membungkam alam pikirnya, meski jasad terpenjara. Bertemankan lembaran kertas, juga pena. Lahirlah karya monumental Tafsir Fii Dzilal Al Quran. 
Buya Hamka, nyaris serupa. Tafsir Al Quran 30 Juz yang kelak dinamakan Tafsir Al Azhar ia rampungkan, ditemani dinginnya jeruji besi, di masa kepemimpinan Soekarno. Rezim berganti, orde lama berganti rezim yang dinamai orde baru. Tak disangka, Buya Hamka bisa menghirup udara bebas.

Hamka dan Soekarno 

Setelah bebas dari penjara, Hamka tak tahu kabar Soekarno, penguasa yang memenjarakannya kala itu. Ingatannya melompat ke masa ke belakang. Saat ia tanpa tedeng aling-aling mengritik pemerintahan yang akan memaksakan penerapan sistem demokrasi terpimpin. 

“..Trias Politica sudah kabur di Indonesia….Demokrasi terpimpin adalah totaliterisme…Front Nasional adalah partai Negara…” teriak Hamka menggema di Gedung Konstituante tahun 1959, ketika memajukan Islam sebagai dasar Negara Indonesia dalam sidang perumusan dasar Negara. Tak lama, Konstituante dibubarkan oleh Soekarno. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), partai tempat bernaung Buya Hamka pun dibubarkan paksa. Para pimpinannya ditangkap, dijebloskan ke balik jeruji.

Perbedaan pandangan politik Hamka yang dikenal Islamis, dengan Soekarno yang seorang sekularis, kian menajam dengan penangkapan dan pemenjaraan rival-rival politiknya. Meski begitu, tak ada sumpah serapah yang keluar dari seorang Buya Hamka kepada sang pemimpin kala itu. Saat dijemput paksa untuk langsung dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan, Hamka hanya pasrah, bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.

Pun setelah bebas, tak ada dendam di sana. Tak ada rasa ingin membalas, menuntut, atau melakukan tindakan membela diri. Padahal, ketika itu, buku-buku karangan Buya dilarang beredar oleh pemerintah. Tak ada rasa kesal di sana. Tak ada mengeluh, atau umpatan. Semua ia serahkan kepada Allah, sebaik-baik penolong.

Justru, demikian besar keinginan Hamka untuk bersua Soekarno. Mengucap syukur, karenanya, ia bisa menyelesaikan Tafsir Al Azhar dari balik penjara. Karenanya, ia bisa begitu dekat dengan Allah. Karenanya, jalan hidupnya begitu indah, walau penuh ragam ujian.

Soekarno, dimanakah sekarang ia berada? Tak tahu.. Begitu rindu, Hamka ingin bertemu dengannya. Tak ada marah dari seorang Buya. Telah lama..telah lama sekali, kalaupun Soekarno mengucap maaf, telah lama hatinya membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Bahkan, ada syukur di sana.

Tapi dimana? Di mana Soekarno sekarang? Ingin sekali Buya bertemu dengannya. Pertanyaannya terjawab, namun bukan jawaban biasa. 16 Juni 1970, Ajudan Soeharto, Mayjen Soeryo datang menemui Hamka di Kebayoran, membawa secarik kertas. Sebuah pesan -bisa dibilang pesan terakhir- dari Soekarno. Dipandangnya lamat-lamat kertas itu, lalu dibaca pelan-pelan.

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.” (Soekarno)

Mata begitu bening, seperti halnya kaca membaca tulisan ini. Sebuah pesan, dari seorang mantan pucuk pimpinan negeri. Dimana? Dimana Soekarno sekarang? Begitu rindu ingin bertemu dengannya. Mayjen Soeryo berkata, “Ia.. Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD. Sekarang jenazahnya telah di bawa ke Wisma Yoso.”

Mata ini semakin berkaca-kaca. Tak sempat rindu ini berbalas. Hamka hanya dapat bertemu dengan sosok yang jasadnya sudah terbujur kaku. Ingin rasanya, air mata itu mengalir, namun dirinya harus tegar. Ia kecup sang Proklamator, dengan doa, ia mohonkan ampun atas dosa-dosa sang mantan penguasa, dosa orang yang memasukkannya ke penjara.

Kini, di hadapannya, terbujur jasad Soekarno. Sungguh, kematian itu begitu dekat. Dengan takbir, ia mulai memimpin shalat jenazah. Untuk memenuhi keinginan terakhir Soekarno. Mungkin, ini isyarat permohonan maaf Soekarno pada Hamka. Isak tangis haru, terdengar di sekeliling.

Usai Shalat, selesai berdoa, ada yang bertanya pada sang Buya, "Apa Buya tidak dendam kepada Soekarno yang telah menahan Buya sekian lama di penjara?"

Dengan lembut, sang Buya menjawab, "Hanya Allah yang mengetahui seseorang itu munafik atau tidak. Yang jelas, sampai ajalnya, dia tetap seorang muslim. Kita wajib menyelenggarakan jenazahnya dengan baik."

Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu anugerah dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al Quran 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu.”

Sungguh, air mata menetes mendengar penjelasan Buya. Begitu luas jiwanya, hingga permasalahan, baginya ialah setitik tinta, yang diteteskan ke luasnya samudera. Tak ada bekas di sana. Tak pernah ada rasa dendam sama sekali. Dengan senyum dan tenang, ia jalani semua lika-liku kehidupan.

Subhanallah. 

Semoga kisah diatas dapat memberikan pelajaran berarti bagi kita kedepannya. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

10 Godaan Syaitan dalam Shalat yang Harus Kita Waspadai

10/01/2013 Add Comment


Sumber Gambar 

Remash-smkn1batam.tk - Fenomena yang menyedihkan tetapi sering terjadi dalam shalat adalah keadaan seseorang yang tidak lagi memahami apa yang dilakukan dalam shalatnya. Bisikan-bisikan syaitan telah menggerogoti shalatnya, sehingga hanya sedikit yang dilakukan penuh kesadaran apalagi dalam keadaan hati yang terpaut pada Allah. Dari keseluruhan waktu shalat hanya sedikit untuk mengingat Allah sedang sisanya telah disambar oleh setan sehingga kita memanjangkan angan-angan, memikirkan problema kita, menguap, ngantuk bahkan malas. Bukannya justru ‘berbicara’ dan ‘menghadap’ kepada Allah dengan penuh rasa takut, malu, tawadhu, malah asal-asalan dalam melaksanakan shalat, asal shalat ditunaikan.

Berikut ini beberapa godaan syaitan dalam shalat yang harus kita waspadai:

1.  Was-was Saat Melaksanakan Takbiratul Ihram

Saat mulai membaca takbiratul ihram “Allahu Akbar”, ia ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sudah sah atau belum sah. Sehingga ia langsung mengulanginya lagi dengan membaca takbir. Peristiwa itu terus menerus terulang, terkadang sampai imamnya hampir ruku’.

Ibnul Qayyim Rahimahullaah berkata: “Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam sholat." Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak tenteram.

2.  Tidak Konsentrasi Saat Membaca Bacaan Shalat

Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu ‘Utsman bin Abil ‘Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah hadir dalam sholatku dan membuat bacaanku salah dan rancu.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Itulah syaitan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akupun melakukan hal itu dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghilangkan gangguan itu dariku.” (HR. Muslim).

3.  Lupa Jumlah Raka’at yang Telah Dikerjakan

Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Jika salah seorang dari kalian shalat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa raka’at yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Hadirnya Pikiran yang Memalingkan Konsentrasi

Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila dikumandangkan azan shalat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara azan tersebut. Apabila muadzin telah selesai azan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan, ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang shalat seraya berkata kepadanya: “Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!”, sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia sholat.” (HR. Bukhari).

5. Tergesa-gesa Untuk Menyelesaikan Shalat

Ibnul Qayyim berkata: “Sesungguhnya ketergesa-gesaan itu datangnya dari syaitan, karena tergesa-gesa adalah sifat gegabah dan sembrono yang menghalang-halangi seseorang untuk berprilaku hati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tergesa-gesa muncul karena dua perilaku buruk, yaitu sembrono dan buru-buru sebelum waktunya.”

Tentu saja bila sholat dalam keadaan tergesa-gesa, maka cara pelaksanaannya asal mengerjakan solat, asal selesai, sudah!!!. Tidak ada ketenangan atau thuma’ninah.

Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada orang sholat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkannya untuk mengulanginya lagi karena shalat yang telah ia kerjakan belum sah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Apabila kamu sholat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah dari Al-Qur’an yang mudah bagimu, lalu ruku’lah sampai kamu benar-benar ruku’ (thuma’ninah), lalu bangkitlah dari ruku’ sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma’ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap raka’at shalatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Melakukan Gerakan-gerakan yang Tidak Perlu

Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas solat. “Jangan bermain kerikil ketika sholat karena perbuatan tersebut berasal dari syaitan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”. Orang tersebut bertanya: “Apa yang dilakukannya?” Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. “Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”, kata Ibnu Umar. (HR. Tirmidzi).

7. Menengok Ke Kanan Atau Ke Kiri Ketika Shalat

Dengan sadar atau tidak, seseorang yang sedang sholat memandang ke kiri atau ke kanan, itulah akibat godaan syaitan penggoda. Karena itu, setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Yaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan tidak mudah dicuri oleh syaitan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang hukum menengok ketika sholat.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Itu adalah curian syaitan atas shalat seorang hamba.” (HR. Bukhari).

8. Menguap dan Mengantuk

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Menguap ketika sholat itu dari syaitan. Karena itu bila kalian ingin menguap, maka tahanlah sebisa mungkin.” (HR. Thabrani).

Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Adapun menguap itu datangnya dari syaitan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha… berarti syaitan tertawa dalam mulutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

9. Bersin Berulang Kali Saat Sholat

Syaitan ingin mengganggu kekhusyukkan sholat dengan bersin, sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas’ud, “Menguap dan bersin dalam shalat itu dari syaitan” (HR. Thabrani).

Ibnu Hajar menguraikan pernyataan Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu, “Bersin yang tidak disenangi Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah yang terjadi dalam sholat, sedangkan bersin di luar shalat itu tetap disenangi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal itu tidak lain karena syaitan memang ingin mengganggu shalat seseorang dengan berbagai cara.”

10. Terasa Ingin Buang Angin atau Buang Air

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya.” (HR. Muslim).

Berbahagialah orang-orang muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syaitan dalam solat. Semoga kita semua dibebaskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari gangguan-gangguan tersebut. Dan bagi yang merasakan gangguan tersebut, sebagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan godaan syaitan yang terkutuk.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

Di Balik Do'a Yang Tidak Terkabul

10/01/2013 Add Comment
Di Balik Do'a Yang Tidak Terkabul

Dikisahkan ada seorang pemuda yang rajin berdoa dan meminta sesuatu dengan Allah. Orangnya shaleh. Ibadahnya baik. Tapi do'a yang dipanjatkannya tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu masih belum terkabul juga. Tetap dia berdo'a. Tiga bulan juga belum. Tetap dia berdo'a. Hingga hampir satu tahun do'a yang ia panjatkan, belum terkabul juga.

Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Shalat masih bolong-bolong. Kelakuannya juga sering tidak beres, sering minipu, berbohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia do'akan, semuanya dipenuhi. Orang shaleh ini pun heran. Akhirnya, dia pun datang mengunjungi seorang ustadz untuk bertanya. Diceritakanlah permasalahan yang sedang ia hadapi kepada sang ustadz tadi, yakni tentang do'anya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah dapat apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah ustadz tadi. Bertanyalah si ustadz kepada pemuda tadi. Kalau Anda sedang duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, main musiknya tidak bagus, suaranya fals, bagaimana? Orang shaleh tadi menjawab, "Segera saya kasih uang pak ustadz, saya tidak tahan melihat dan mendengarkan dia berlama-lama di situ, sambil bernyanyi pula."

"Kalau pengamen yang dateng rapi, main musiknya bagus, suaranya merdu, membawakan lagu yang kamu suka, bagaimana?", lanjut si ustadz. "Wah, kalo begitu, saya akan mendengarkannya ustadz. Saya akan biarkan dia bernyanyi sampai lagunya habis. Lama pun tidak masalah. Kalau perlu saya suruh bernyanyi lagi. Kalau pengamen tadi saya kasih 500, yang ini 10.000 juga berani ustadz.", sambung si pemuda tadi.

Si ustadz pun tersenyum. begitulah nak. Allah ketika melihat engkau, yang shaleh, datang menghadap-Nya, Allah betah mendengarkan doamu. Melihat kamu. Dan Allah ingin sering bertemu dengan kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia ingin menahan kamu agar khusyu', agar terus dekat sama Dia. Coba bayangin, kalo do'amu cepat dikabulkan, apa kamu bakal sedekat ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta. Beda sama temanmu itu. Allah sepertinya tidak mau dia dekat-dekat sama Allah. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia itu. Makanya Allah dengan segera mengabulkan do'anya. Udah. Jatahnya ya segitu saja. Tidak nambah lagi."

"Dan yakinlah", kata si ustadz, "kalaupun apa yang kamu minta ternyata tidak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak. Dan sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga untuk kita. Di sana kita tidak akan merasa kurang sedikitpun."

Tersadarlah pemuda tadi. Ia pun langsung beristighfar, karena sudah berprasangka buruk kepada Allah. Padahal Allah betul-betul sangat menyayanginya.

Subhanallah.

Semoga kisah diatas dapat memberikan pelajaran berarti bagi kita kedepannya. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

---

Dinukil dari berbagai sumber.

Oleh: Nuruzzaman Ash-Siddiq

Adab Bersin, Sendawa, Menguap, dan Kentut

Anonim 1/20/2013 Add Comment
Adab Bersin, Sendawa, Menguap, dan Kentut

Bersin, Sendawa, Menguap, dan Kentut termasuk aktivitas yang hampir setiap hari terjadi pada diri kita atau minimal kita melihat orang lain melakukannya. Termasuk keistimewaan syari’at Islam yang mulia adalah tidak satupun aktivitas seorang manusia melainkan telah ada petunjuk dan aturannya di dalam ajaran Islam. Berikut ini akan disajikan sebuah tulisan yang dirangkum dari berbagai sumber terkait asal-usul, faktor penyebab dan beberapa adab islami terkait keempat aktivitas tersebut. Semoga dengan mempraktekkan adab-adab syar’i tersebut dapat menjadi tambahan kebaikan bagi kita semua.

Menguap

Menguap adalah sebuah gerakan refleks menarik dan menghembuskan napas yang sering terjadi saat seseorang merasa letih atau mengantuk. Belum diketahui sebab mengapa orang-orang menguap, namun seringkali dikatakan bahwa penyebabnya adalah jumlah oksigen di paru-paru yang rendah. Menguap mudah sekali menular – 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya. (Wikipedia)

Para dokter di zaman sekarang mengatakan, “Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi, dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri. (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: Hal 155, dinukil dari web www.alsofwah.or.id via Rumaysho.com)

Berikut ini beberapa Hadits Nabawi yang menjelaskan tentang hakikat dari menguap dan beberapa adab yang berkaitan dengannya.

1. Allah mencintai bersin dan membenci menguap

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ


"Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari syaithan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan 'haaah', maka syaithan akan menertawainya.' (HR. Bukhari: 6223 dan Muslim: 2994).

Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang membuat seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah.

Imam Ibnu Hajar berkata, "Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas. (Fathul Baari, 10/607).

2. Menutup mulut ketika menguap

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu 'Anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ


"Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya syaithan akan masuk." (HR. Muslim: 2995).

Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangan kiri, karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk.

3. Tidak ada bacaan dzikir khusus yang dibaca ketika menguap

Syaikh Sulaiman al-Majid menegaskan, "Dan kami tidak mengetahui adanya sunnah yang mengajarkan dzikir atau doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika menguap. Adapun yang banyak tersebar menurut sebagian ulama dan kebanyakan masyarakat, bahwa ketika menguap dianjurkan untuk membaca ta’awudz, berdalil dengan firman Allah, yang artinya: 'Apabila syaithan mengganggumu maka mintalah perlindungan kepada Allah.' Sementara Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut bahwa menguap itu dari syaithan. Pendalilan semacam ini, tidak pada tempatnya. Beliau menyebutkan alasan, "Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengabarkan kepada kita bahwa menguap itu dari syaithan, beliau tidak mengajarkan kepada kita (untuk membaca ta’awudz), selain perintah untuk menahan dan meletakkan tangan di mulut. Sehingga, andaikan ta’awudz (ketika menguap) disyari'atkan, tentu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan menyebutkannya."

4. Mengguap di dalam shalat

Hadits tentang menguap berasal dari syaithan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan lafazh:

التَّثَاؤُبُ فِي الصَّلاةِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ


"Menguap ketika shalat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya."

Al-Imam Malik Rahimahullah berkata: “Mulutnya ditutup dengan tangannya ketika shalat sampai selesai menguap. Jika menguap ketika sedang membaca bacaan shalat, kalau dia memahami apa yang dibaca, maka hukumnya makruh namun sudah mencukupi baginya (bacaan dia). Tetapi jika tidak memahaminya, maka dia harus mengulangi bacaannya, dan jika tidak mengulanginya, -kalau bacaan tersebut adalah surat Al-Fatihah-, maka itu tidak mencukupi (tidak sah shalatnya), dan kalau selain Al-Fatihah, maka sudah mencukupinya (shalatnya sah)."

Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah menerangkan: “Pasal tentang beberapa masalah yang langka di tengah-tengah umat namun sangat butuh untuk dijelaskan kepada mereka, adalah di antaranya, Seorang yang menguap ketika shalat, dia harus menghentikan bacaan shalatnya sampai menguapnya selesai, kemudian melanjutkan bacaannya. Ini adalah perkataan Mujahid, dan ini ucapan yang bagus, ditunjukkan oleh riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaknya dia tahan mulutnya dengan tangannya, karena syaithan berupaya untuk masuk." (HR. Muslim).

Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan: “Dan di antara yang diperintahkan bagi orang yang menguap adalah: jika sedang shalat, maka dia harus menghentikan bacaannya sampai menguapnya selesai, agar bacaannya tidak berubah. Pendapat yang seperti ini disandarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Mujahid, ‘Ikrimah, dan para tabi’in.

Bersin

“Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: Hal 155, dinukil dari web www.alsofwah.or.id via Rumaysho.com)

Berikut ini beberapa Hadits Nabawi yang menjelaskan tentang hakikat dari bersin dan beberapa adab yang berkaitan dengannya.

1. Mengucapkan alhamdulillah ketika bersin

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ (الْحَمْدُ لِلَّهِ) وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ (يَرْحَمُكَ اللَّهُ) فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ (يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ)


“Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan, 'alhamdulillah' (segala puji bagi Allah) sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, 'yarhamukallah' (semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata 'yarhamukallah' maka hendaknya dia berkata, 'yahdikumullah wa yushlih baalakum' (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari: 6224 dan Muslim: 5033).

Macam-macam bacaan yang dapat kita amalkan ketika bersin:
  1. Alhamdulillah (segala puji hanya bagi Allah). 
  2. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam). 
  3. Alhamdulillah ‘ala kulli haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan). 
  4. Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan ‘alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami). 

2. Jika orang yang bersin mengucapkan alhamdulillah, orang yang mendengar wajib mendoa'akan

Dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiallahu 'Anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَا تُشَمِّتُوهُ


“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim: 2992). 

Tasymit adalah mengucapkan "yarhamukallah". Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan “alhamdullillah".

Setelah orang lain mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk mengucapkan salah satu doa sebagai berikut:
  1. Yahdikumullah wa yushlih baalakum (mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki keadaan kalian). 
  2. Yaghfirulahu lanaa wa lakum (mudah-mudahan Alah mengampuni kita dan kalian semua). 
  3. Yaghfirullaah lakum (semoga Allah mengampuni kalian semua). 
  4. Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu wa lakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta mengampuni kami dan mengampuni kalian). 
  5. Aafaanallah wa iyyaakum minan naari yarhamukumullaah (semoga Allah menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api neraka, serta memberi rahmat kepada kamu sekalian). 
  6. Yarhamunnallah wa iyyaakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kepada kalian semua). 

Kita tidak perlu bertasymit ketika:
  1. Ada seseorang yang bersin, dan dia tidak mengucapkan hamdalah. 
  2. Ada seseorang yang bersin lebih dari tiga kali. Jika seseorang bersin lebih dari tiga kali, maka orang tersebut dikategorikan terserang influenza. Kita pun tidak disyariatkan untuk mendoakannya, kecuali doa kesembuhan. 
  3. Ada seseorang membenci tasymit. 
  4. Seseorang yang bersin itu bukan beragama Islam. Walaupun orang tersebut mengucapkan hamdalah, kita tetap tidak diperbolehkan untuk bertasymit, karena seorang muslim tidak diperbolehkan mendoakan orang kafir. Jika orang kafir tersebut mengucapkan alhamdulillah, kita jawab “Yahdikumullah wa yushlih baalakum". 
  5. Seseorang yang bersin bertepatan dengan khutbah jumat. Cukup bagi yang bersin saja untuk mengucapkan hamdalah tanpa ada yang bertasymit, karena ketika khutbah jum’at seorang muslim wajib untuk diam. Begitu pula ketika shalat wajib (shalat fardhu) sedang didirikan, tidak ada keharusan bagi kita untuk bertasymit. 
  6. Kita berada ditempat yang terlarang untuk mengucapkan kalamullah, seperti di dalam toilet. 

3. Menutup wajah serta merendahkan suaran ketika bersin

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ


“Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kain sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud: 5029, At-Tirmizi: 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’: 4755).

4. Tidak memalingkan leher

5. Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat

6. Bagaimana jika bersin lebih dari tiga kali?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Orang yang bersin dido'akan (dengan ucapan yarhamukallah) sebanyak tiga kali. Jika lebih dari itu berarti ia terkena flu." (HR. Ibnu Majah: 3714, Shahih Ibnu Majah: 3704).

Sendawa

Sendawa dapat terjadi karena adanya pelepasan gas-gas yang berasal dari saluran pencernaan, terutama kerongkongan dan perut, melalui mulut. Gas-gas dalam saluran pencernaan ini paling sering disebabkan oleh karena kita turut menelan udara (aerophagia) ketika sedang makan atau minum, terutama ketika menelan makanan atau minuman dengan terlalu cepat. Sendawa akan lebih parah ketika anda membiarkan mulut anda terbuka lebar untuk bersendawa, karena akan ada lebih banyak udara yang tertelan, sehingga dapat menyebabkan sendawa yang berulang. Suara sendawa yang khas dikarenakan getaran dari katup esofagus bagian atas ketika gas-gas yang dikeluarkan melewati katup tersebut.

Faktor penyebab sendawa:
  1. Makanan dan minuman 
  2. Kegelisahan 
  3. Kebiasaan 
  4. Obat-obatan dan penyakit 
Hukum Sendawa Ketika Shalat

Dalam kasus sendawa ketika shalat, ulama hanafiyah membedakan antara sendawa yang bisa ditahan dan sendawa yang tidak bisa ditahan, dan antara sendawa yang keluar suara dan sendawa tanpa keluar suara. Jika sendawa itu bersuara, dan bisa ditahan, namun dikeluarkan oleh orang yang shalat, maka menurut Abu Hanifah dan Muhammad bin Hasan as-Syaibani (murid senior Abu Hanifah). Dalam Durar al-Hukkam Syarh Gharar al-Ahkam dinyatakan,

وَأَمَّا الْجُشَاءُ فَإِنَّهُ حَصَلَ بِهِ حُرُوفٌ وَلَمْ يَكُنْ مَدْفُوعًا إلَيْهِ يَقْطَعُ عِنْدَهُمَا ، وَإِنْ كَانَ مَدْفُوعًا إلَيْهِ لَا يَقْطَعُ، كَذَا فِي الْكَافِي


Untuk sendawa, biasanya keluar suara (huruf), dan bisa ditahan maka membatalkan shalat menurut kedua imam Abu Hanifah dan Muhammad bin Hasan. Namun jika tidak bisa ditahan, tidak membatalkan shalat. Demikian kesimpulan dalam kitab al-Kafi. (Durar al-Hukkam, 1/448).

Sementara dalam madzhab Malikiyah, mereka menyamakan hukum sendawa dengan berdehem. Al-Ujhuri mengatakan,

وَيَنْبَغِي أَنَّ الْجُشَاءَ وَالتَّنَخُّمَ كَالتَّنَحْنُحِ فِي أَحْكَامِهِ


”Yang jelas, sendawa dan keluar dahak, hukumnya sama dengan berdehem.” (al-Fawakih ad-Dawani, 3/15).

Kemudian mereka menjelaskan, jika sendawa itu tidak bisa ditahan, tidak membatalkan shalat dan tidak perlu sujud sahwi. Namun jika bisa ditahan, ada dua pendapat. Dan pendapat yang paling kuat dalam madzhab Maliki, bahwa sendawa bisa membatalkan shalat jika sendawa itu dilakukan karena sengaja dan main-main. (al-Fawakih ad-Dawani ‘ala risalah al-Qoiruwani, 3/15).

Kentut

Flatulensi adalah keluarnya gas melalui anus atau dubur akibat akumulasi gas di dalam perut (terutama dari usus besar atau kolon). Peristiwa keluarnya gas disebut juga kentut atau sering disebut juga buang angin. Kentut biasanya ditandai dengan rasa mulas di perut. Dan biasanya berbau busuk. Ini sering menjadi pertanda kalau seseorang:
  1. Kelebihan makan makanan tertentu. 
  2. Ingin buang air besar. 
  3. Mengalami efek samping obat-obatan tertentu. 
  4. Menderita konstipasi atau sembelit. 
  5. Sedang masuk angin. 

Berikut beberapa adab ketika seseorang kentut:

1. Dilarang menertawakan kentut

Diantara adab dalam islam yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah tidak menghina keadaan orang lain, yang dirinya sendiri juga melakukannya. Kentut adalah bagian dari rangkaian metabolisme tubuh manusia. Sehingga semua orang yang normal mengalaminya. Untuk itu, ketika kita mendengar ada orang yang kentut, kita dilarang menertawakannya. Karena kita sendiripun pernah mengalaminya.

Dari sahabat Abdullah bin Zam’ah Radhiyallahu ‘Anhu, Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan khutbah. Beliau menceritakan tentang kisah onta Nabi Shaleh yang disembelih kaumnya yang membangkang. Beliau menafsirkan firman Allah di surat As-Syams. Kemudian beliau menasehati agar bersikap lembut dengan wanita, dan tidak boleh memukulnya. Kemudian beliau menasihati sikap sahabat yang tertawa ketika mendengar ada yang kentut.

إِلَامَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ


“Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya”. (HR. Bukhari: 4942 dan Muslim: 2855).

2. Menertawakan kentut kebiasaan jahiliyah

Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan, “Dulu mereka (para sahabat) di masa jahiliyah, apabila ada salah satu peserta majelis yang kentut, mereka pada tertawa. Kemudian beliau melarang hal itu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 9/189).

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan, "Umumnya orang akan menertawakan dan terheran dengan sesuatu yang tidak pernah terjadi pada dirinya. Sementara sesuatu yang juga dialami dirinya, tidak selayaknya dia menertawakannya. Karena itulah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencela orang yang menertawakan kentut. Karena kentut juga mereka alami. Dan semacam ini (menertawakan kentut) termasuk adat kebanyakan masyarakat." (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).

Kemudian Imam Ibnu Utsaimin juga menyebutkan satu kaidah, Ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya. Maroji’: Syarh Riyadlush Sholihin, (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).

3. Kentut termasuk pembatal wudhu’ dan sholat seseorang

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Shalat seseorang yang berhadats tidak akan diterima sampai ia berwudhu.” Lalu ada orang dari Hadhramaut mengatakan, “Apa yang dimaksud hadats, wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah pun menjawab,

فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ


“Di antaranya adalah kentut tanpa suara atau kentut dengan suara.” (HR. Bukhari: 135).

Para ulama pun sepakat bahwa kentut termasuk pembatal wudhu. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/128).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi fatwa kepada seseorang yang ragu apakah dia kentut dalam shalat ataukah tidak, “Jangan dia memutuskan shalatnya sampai dia mendengar suara atau mencium bau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid).

---

Dinukil dari materi KHI (Kalender Hijriyah Istimewa)

Referensi:
  1. Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami fi Dhau' Al-Qur'an wa As-Sunah, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Darul Ashda' Al-Mujtama', Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su'udiyyah, cet. ke-11 (2010 M/1431 H).
  2. Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Darussalam.
  3. Syarh Riyadhush-Shalihin, Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin, Madarul Wathan Lin-Nasyr, Riyadh, cet. tahun 1426 H.
  4. Rumaysho.Com
  5. KonsultasiSyari’ah : Do’a Ketika Menguap
  6. Konsultasi Syari’ah : Larangan Menertawakan Kentut
  7. Konsultasi Syari’ah : Sendawa ketika Shalat
  8. Muslim.Or.Id
  9. Al-Atsariyyah.Com
  10. Berbagaihal.Com
  11. Hukum dan Adab Menguap Ketika Shalat
  12. Wikipedia: Kuap/Menguap
  13. Wikipedia: Flatulensi