Hijrah Cintaku

9/09/2014 Add Comment
Remash-smkn1batam.tk - Terhitung sudah 2 minggu lebih aku belum juga menanggapi satu pesan singkat darimu. Pesan singkat yang membuat hatiku begitu remuk dan hancur, pesan yang membuatku jatuh pada kesedihanku yang begitu dalam. hingga tak kusadari air mata ini menetes deras membasahi sekeliling kacamataku.
Kucoba untuk kembali mengingat saat itu, saat – saat dimana kita saling bersama, saat – saat dimana kita bersahabat dengan baik, saat – saat dimana hati ini terus tersenyum bahagia karena ada dirimu yang selalu menjadi penyemangatku tiap harinya. Saat – saat dimana kita sering membahas organisasi yang sedang kita perjuangkan saat ini. Yaa, organisasi yang membuat kita sering bertemu selain di ruang kelas. Organisasi yang membuat kita paham dan mendapatkan banyak ilmu tentang agama Allah. Organisasi yang menjadi jalan dakwah kita saat ini.
Saat – saat dimana aku dan dirimu tidak terlalu memikirkan perasaan di dalam hati ini. Yaa aku merasakannya meskipun tidak terlalu aku pikirkan, perasaan yang tiba – tiba saja muncul setelah cukup lama kita saling mengenal dekat. Perasaan yang tak mampu ku pendam di dalam hatiku, yaa tanpa kusadari ternyata aku menaruh hati padamu. hingga akhirnya perasaan ini terungkap begitu saja di waktu yang tidak tepat.
Dan aku pun merasakan suatu perubahan , perubahan dari sikapmu yang seolah sedikit menjauh dariku. Engkau yang dulu begitu dekat denganku seolah pergi dan menganggapku seperti teman biasa hanya karena aku mengungkapkan perasaan ini padamu. Kini tiada lagi masa – masa itu. Masa – masa dimana aku dan dirimu bercanda bersama, masa – masa dimana kita saling membantu dalam mengerjakan tugas – tugas sekolah, masa – masa dimana kita sering membahas tentang organisasi yang sedang kita perjuangkan bersama teman – teman yang lain. Aku merasa semua kenangan kita seolah hilang begitu saja dan meninggalkan rasa yang sangat perih di hati ini. Terkadang terlintas pertanyaan di fikiranku apa yang menjadi sebab engkau menjauh dariku, apakah engkau memiliki perasaan yang sama sepertiku? atau justru engkau memang tak memiliki perasaan apapun kepadaku? hingga membuatmu pergi dan menjauh dariku.Yaa, pertanyaan ini pun belum terjawab sampai sekarang.
Tidak kah kau tahu apa yang aku rasakan saat ini? Tidak kah kau merasakan apa yang aku rasakan saat ini? Tidak kah kau mengerti betapa hancurnya perasaanku saat ini. Aku heran dengan perasaanku saat ini, aku merasakan perasaan ini berubah terus tumbuh dan semakin besar disaat aku begitu jauh darimu. Jujur, Sakit sekali hati ini melihatmu bercanda gurau bersama sahabat – sahabatmu yang lain. Yaa aku sering memperhatikan hal itu dari kejauhan. sementara aku, aku merasa seolah begitu jauh darimu, aku merasa segan untuk berbicara denganmu bahkan untuk sekedar menyapa mulut ini seolah tak mampu untuk mengucapkan sepatah kata pun.
Aku tau engkau seorang wanita soleha yang begitu taat kepadaNYA. aku juga tau engkau memegang teguh pada prinsip tidak akan melakukan hubungan yang tidak syar’i (khalwat dan pacaran) dengan org yang bukan mahrammu karena memang Allah s.w.t melarang keras perbuatan itu. Sementara aku, aku sadar diriku hanyalah seorang yang baru saja mengetahui islam lebih jauh, dan bahkan aku masih sering melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Wajar sekali jika memang engkau tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Terlintas difikiranku apakah karena ini engkau menjauh dariku? Apakah engkau memang benar – benar menjauh atas dasar ketaatan kepada Allah? Pertanyaan – pertanyaan yang sampai saat ini belum juga terjawab.


Sungguh saat ini aku berada pada kesedihan yang begitu mendalam, perasaan ini membuatku seolah jatuh pada jurang yang sangat dalam. Perasaan yang aku sendiri tidak bisa menerjemahkannya, mungkinkah ini cinta?  Mungkinkah ini cinta atas dasar cinta kepada Allah? Atau mungkin ini hanya sebuah perasaan atas nafsu belaka?
tidak kusadari perasaan ini terus tumbuh semakin besar dan semakin dalam di saat - saat engkau jauh dariku. perasaan ini berubah membuatku seolah semakin termotivasi untuk terus menggali ilmu islamku yang masih sangat sedikit, perasaan yang membuatku semakin bersemangat untuk beribadah jauh lebih rajin dibanding saat aku baru mempelajari islam saat itu.
Dan kembali kepada pesan singkat itu, seolah semuanya meyakinkan atas jawaban yang selama ini masih samar – samar aku rasakan, pesan yang membuatku sampai meneteskan airmataku, pesan yang membuatku begitu kagum akan dirimu.
                Sekarang aku sadar, aku bukanlah orang yang pantas untuk mencintaimu, dengan segala kekurangan yang ku punya tak mungkin bagiku untuk mencintai orang yang begitu taat sepertimu. Kini, aku sadar bahwa apa yang ku lakukan selama ini salah, aku lupa bahwa selama ini aku lebih mencintaimu dari pada mencintaiNYA, Aku lupa untuk terus memantaskan diri buat dia yang nantinya akan hadir dikehidupanku, buat dia yang telah ditakdirkan oleh-NYA untukku. Sekarang aku sadar, yang harus kulakukan adalah menyimpan kembali semua perasaan ini jauh ke lubuk hatiku yang paling dalam. Mulai saat ini aku harus fokuskan diriku berjuang untuk memperdalam ilmu islamku, menguatkan iman ku yang masih sangat rapuh, memperbanyak amal ibadahku untuk bekalku kelak, dan menjadi anak soleh yang bisa membanggakan kedua orangtuaku.
Saat ini dihatiku hanya tersisa harapan kecil untuk di pertemukan denganmu kelak. Harapan yang menjadi sebuah do’a yang akan terus kupanjatkan kepada-NYA. Harapan yang akan kujadikan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Aku tau Takdir-NYA begitu indah, Skenario-NYA begitu sempurna. Jika bukan engkau, maka aku yakin pasti akan ada dia yang terbaik nantinya yang akan hadir dihidupku.
                Aku berjanji akan memberikan cintaku yang suci dan tulus untuk dia yang sangat aku cintai, untuk Dia yang telah digariskan oleh Allah untukku kelak,,,

---

Penulis : Rifqi Aditya Aji

SENSITIVITAS si HAWA

9/07/2014 Add Comment
Remash-smkn1batam.tk - Laki-laki lebih dominan menggunakan otak kanan ketimbang otak kiri, sehingga lebih cenderung berfikir realistis dan jarang memaksimalkan perasaannya. Berbeda halnya dengan perempuan yang lincah memadukan penggunaan dua otak tersebut. Hasilnya, dalam memutuskan atau menilai sesuatu, perempuan menyeimbangkan antara pikiran rasional dan perasaan. Walau sebagian besar mereka juga sering terobsesi dengan otak kiri.


Karenanya, emosi wanita sangat peka terutama menyangkut harga diri. Perempuan bisa menangis tiba-tiba untuk masalah yang terlihat sepele dimata pria. Lekas mengambil kesimpulan dari perubahan sikap orang lain. Betapa banyak wanita yang akhirnya mengalami frustasi dan kekecewaan akibat hati yang terluka. Sungguh lama dan susah menyembuhkannya!

Perasaan sentimentil wanita yang benar-benar sensitif dengan kehalusan rasa amat merindukan suasana menyenangkan. Namun disadari atau tidak, kekayaan jiwalah yang membuat kaum hawa sanggup menjalankan multi peran. Baik sebagai putri, ibu, atau istri yang baik. Keistimewaan yang amat komplit itu melahirkan cinta dan kasih sayang. Tanpa sensitivitas, wanita tidak akan peka dengan denyut rasa dalam kehidupan.

Terbukti makhluk “halus” bernama perempuan memang piawai mengelola kepekaan nurani. Mereka rajin mengasah ketajaman mata hati, sehingga peka membaca tanda-tanda jiwa yang tersuruk. Tidak membahasakan kehendak secara verbal/lisan, kecuali isyarat tersirat yang butuh ketejaman hati tingkat tinggi guna memahaminya. Itulah sensitifitas yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi, sekaligus energi wanita!

Oleh sebab itu, jangan main-main dengan perasaan perempuan. Berhati-hatilah dengan bagian yang paling halus dan lembut itu. Ibarat kaca, sekali pecah langsung berderai-derai. Sungguh sulit merakit kepingan-kepingan itu utuh kembali. Kalaupun bisa, akan tersisa goresan-goresan luka yang menyisakan trauma selamanya.

Wanita berperasaan halus bahkan rapuh, umpama kapas. Pada banyak kesempatan perasaan mereka lebih sering memberi warna. Dia akan menjadi malaikat penolong bila jiwa dihargai dan perasaannya di sayangi. Namun, bisa berubah drastis menjadi pembunuh berdarah dingin jika hatinya dilukai dan disakiti. Atas nama cinta, wanita berani menanggung seperih apapun derita. Tapi mana ada yang sanggup menerima segores luka di dada.

Ketika pengkhianatan sensitivitas rasa terjadi, maka perubahan seratus delapan puluh derajat melanda. Kesukaan akan berganti kebencian. Kelembutan bertukar dengan keganasan. Sahabat lekas berubah sebagai musuh. Seorang raja jatuh pangkat dimatanya umpama hamba sahaya.

Walau bukan semua wanita seperti itu, setidaknya dapat menjadi bahan renungan bagi kaum Adam. Jangan coba-coba bermain api dengan sensitivitas perasaan kaum hawa. Karakter wanita adalah sesuatu yang seni, halus, lagi sensitif. Bagi menjaganya, bukanlah urusan gampang kecuali dengan ilmu dan iman yang kuat .



---

disadur dari : Yulisa Ratih Istiana