Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin hampir setiap hari kita meninggalkan rumah, baik untuk bekerja ataupun belajar mencari ilmu. Dengan makin mudahnya sarana dan alat transportasi saat ini bukanlah berarti kita melalaikan adab-adab yang ada, apalagi yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Di zaman yang serba canggih seperti sekarang siapapun bisa menempuh perjalanan terjauh di dunia hanya dengan hitungan hari atau jam. Namun, seiring dengan kemudahan yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita, tidaklah lantas membuat kita mengabaikan adab-adab safar (bepergian) yang telah dituntunkan oleh syari'at Islam. Lalu bagaimanakah adab ketika bersafar menurut syari'at Islam?
1. Berpamitan terlebih dahulu
Disunnahkan bagi orang yang hendak bepergian untuk berpamitan kepada keluarga, kerabat dan saudara-saudara yang akan ditinggalkannya. Berpamitan sebelum menjalankan safar, sering menjadi sebuah sunnah yang terabaikan. Sangat sedikit orang yang mengamalkannya, yakni seorang musafir berpamitan dengan mengucapkan doa seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Qaz`ah, dia berkata: Ibnu Umar berkata kepadaku: “Kemarilah, saya akan berpamitan kepada engkau sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpamitan kepadaku, yaitu beliau mengucapkan doa:
أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
“Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya.” (HR. Ibnu Majah: 2825, Shahih Ibnu Majah: 2815).
Berkata Imam Ibnu Abdil Barr Rahimahullah: “Jika salah seorang dari kalian keluar bersafar maka hendaklah ia berpamitan kepada saudaranya, karena Allah Subhanahu wa Ta`ala menjadikan pada doa mereka berkah.”
2. Dianjurkan bepergian pada hari Kamis
Hal ini berdasarkan hadist dari Ka'ab bin Malik Radhiallahu 'Anhu dari bapaknya berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar menuju Perang Tabuk pada hari Kamis, dan beliau suka keluar pada hari Kamis.” (HR. Al-Bukhari: 2790).
Dan dalam lafal yang lain: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat jarang bepergian pada selain hari Kamis.” (HR. Al-Bukhari: 2789).
3. Sebaiknya tidak sendirian saat bepergian
Terdapat hadits dari Abdullah bin ‘Amr Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda: “Seandainya manusia tahu apa yang aku ketahui tentang kesendirian (dalam bepergian), niscaya tidak akan ada seorangpun yang menaiki kendaraan sendiri di malam hari.” (HR. Al-Bukhari: 2836).
Larangan safar sendirian juga terdapat dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berkata: ”Yang bersafar sendirian maka temannya adalah syaithan, dan yang bersafar hanya berdua maka temannya adalah syaithan, dan yang bersafar bertiga maka dia yang dinamakan bersafar.” (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Al-Albani Rahimahullah).
4. Sebaiknya lakukan perjalanan pada malam hari
Berdasarkan hadist dari Anas Radhiallahu 'Anhu beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Lakukanlah perjalanan di malam hari, karena sesungguhnya jarak bumi dipersempit ketika malam hari.” (HR. Abu Dawud: 2571).
5. Menunjuk pemimpin safar
Bila tiga orang atau lebih bepergian bersama, tunjuklah salah satunya untuk menjadi pemimpin selama perjalanan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: “Apabila tiga orang atau lebih akan bepergian jauh, hendaknya salah seorang dari mereka diangkat sebagai pemimpin.” (HR. Abu Dawud: 2608, As-Silsilah Ash-Shahihah: 1322).
6. Bila dua orang bepergian bersama, jangan mudah berselisih pendapat
Dari Sa'id bin Abu Burdah Radhiallahu 'Anhu dari bapaknya dari kakeknya berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz Radhiallahu 'Anhu dan Abu Musa Al-'Asy'ari Radhiallahu 'Anhu pergi ke Yaman, lalu berpesan kepada mereka: "Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti, bersatulah dan jangan berselisih." (HR. Al-Bukhari: 2873 dan Muslim: 1733).
7. Dilarang membawa anjing dan lonceng ketika safar
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang membawa anjing dan lonceng dalam safar. Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Malaikat tidak akan menemani safar seseorang yang ditemani anjing dan membawa lonceng/alat musik.” (HR. Muslim).
Sebab dilarangnya lonceng karena itu merupakan terompet syaithan. Dalam hal ini terdapat jelas dalam riwayat Muslim dan selainnya dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu beliau berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Terompet adalah merupakan seruling syaithan.” (HR. Muslim).
(bersambung...)

Silakan tambahkan komentar sesuai dengan topik, terima kasih.
EmoticonEmoticon