Sudah berapa tahun kita hidup di dunia ini? Apa yang sudah kita lakukan untuk hidup kita? Sudah berimankah kita? Sudah sejauh mana tingkat keimanan kita? Sudah hakiki-kah iman kita?
Diatas adalah beberapa pertanyaan renungan tentang keberadaan kita di dunia ini. Hidup di dunia ini hanya sementara, semua bersifat fana. Kita hidup di dunia ini merupakan perjalanan untuk mencapai Ridha Allah menuju kehidupan yang abadi yaitu akhirat.
Islam adalah agama yang sempurna, agama yang diridhai oleh Allah. Seperti firman Allah, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridhai Islam sebagai agama kalian.”(QS. Al-Maidah: 3).
Islam telah mengatur segala sendi kehidupan. Untuk semua itu, Allah telah mengutus seorang Rasul, seorang tauladan, seorang figur ummat islam, yaitu Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Salam. Sebagaimana firman Allah, Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah dan sebelum itu, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164).
Seorang figur yang tiada duanya, pemimpin yang bijak, manajer yang profesional, suami yang romantis dan masih banyak lagi sisi tauladan beliau. Sebuah karunia Allah bagi ummat manusia agar hidupnya berada dalam jalan yang lurus dan sesuai dengan fitrah kemanusiaannya. Seorang Rasul yang menjadi rahmat bagi alam semesta ini diutus Allah untuk ummat manusia. Sebagaiman firman Allah, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).
Sehingga apa yang diperbolehkannya, maka ikutilah dan apa yang dilarangnya, maka jauhilah.
Sebagai seorang muslim, berarti telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebuah kesaksian pertama seseorang bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah. Pertanyaan muncul, sudah sejauh mana kita mendalami makna dalam kalimat tersebut? Apa saja yang telah kita lakukan untuk kesaksian tersebut? Sadar atau tidak sadar, pernahkah kita merenungi apa yang telah kita ikrarkan tersebut? Inilah yang akan menjadi bukti keimanan dan ketakwaan kita. Tingkat pemahaman dan pengalaman terhadap ikrar kita bisa dilihat dari sejauh mana kita mengenal Rasul kita. Karena dari situlah muncul kepribadian seorang muslim. Tingkat seseorang mengenal Rasulullah tercermin dalam keimanan dan pengamalannya terhadap ajaran Allah. Semakin beriman dan bertaqwa seseorang, semakin tinggi pula rasa cintanya terhadap Rasulullah. Cerminan keimanan dan ketaqwaan seorang muslim adalah Rasulullah. Aisyah berkata bahwa “Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur'an”. Sehingga apabila ingin menjadi pribadi muslim yang taqwa, maka kenalilah Rasulnya, Cintailah Rasulnya.
Kembali ke pertanyaan awal, Sudah sejauh apa saya mengenal Rasulullah? Sudah dalamkah? Atau hanya sebatas mengenal dari luarnya saja? Sebuah renungan bagi kami dan kita semua, pertanyaan sederhana tetapi tak bisa dijawab sesaat, tak bisa dijawab dengan perkataan.
Ketika pertanyaan itu ditujukan pada kami, jujur tak ada kata-kata yang bisa terucap. Dengan menarik nafas dalam-dalam seraya mengerutkan kedua alis, mengulangi kata-kata tersebut dalam hati, mendalami dan merenunginya, menerawang jauh kebelakang mengingat apa saja yang telah dilakukan. Sudah sejauh mana kami mengamalkan ajaran beliau? Ibadah apa saja yang telah kami perbuat, kehidupan seperti apa yang telah kami hasilkan. Apakah kita mengenal Rasulullah hanya dari luar saja? Ketika kita duduk di bangku madrasah, SD, SMP dan sebagainya kita diajarkan sejarah Rasul, kepribadiannya, kepemimpinannya, akhlaknya dan sifat-sifat lainnya. Tetapi sudahkah kita mengamalkannya? Mengenal Rasulullah bukan hanya mengetahui bahkan hafal sejarah beliau, tetapi mengamalkan semua yang telah beliau torehkan.
Ada suatu kisah, ketika seseorang menghadap Rasululllah, kemudian orang tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, saya ingin mencintai engkau.” Rasulullah menjawab,"Benarkah engkau ingin mencintai Aku? Engkau harus bisa menerima konsekuensinya, ketika engkau mencintai Aku maka akan banyak cobaan yang menimpa.”
Dari kisah tersebut terlihat bahwa mengenal Rasul dan mencintainya bukan perkara mudah, konsekuensinya kita harus mengamalkan ajarannya, ajaran islam.
Sudahkah shalat kita sesuai dengan yang diajarkan Rasul? Sudahkah zakat kita sesuai dengan yang dianjurkannya? Sudahkan perbuatan kita sesuai dengan perbuatan beliau? Kita berada dalam era yang berbeda dengan Rasulullah, tetapi ajaran yang beliau telah sampaikan tidak akan berbeda.
Kita tidak bisa mengenal Rasulullah sebagaimana para sahabat pada masa itu, tetapi kita bisa mengenalnya dari ajarannya karena Rasulullah sangat mencintai ummatnya. Ketika menghadap mautpun yang beliau pikirkan adalah ummatnya. Oleh karena itu, kenalilah Rasulullah dan cintailah beliau sebagaimana Rasulullah mencintai ummatnya.
Ketika kita merasa ibadah-ibadah kita masih jauh dari yang dianjurkan Rasulullah, mulailah kenali Rasulullah. Kenali dulu dari pribadi Rasulullah, perjalanan hidupnya yang semuanya merupakan suri tauladan bagi kita semua. Dari sirah Rasulullah kita dapat mengambil tauladan untuk menjalani hidup ini. Walaupun zaman sekarang memiliki masalah dan tantangan yang jauh berbeda dengan zaman Rasulullah, tetapi itu bukan merupakan halangan untuk melakukan tauladan yang telah Rasulullah lakukan.
engenali Rasulullah berarti mengenali ibadahnya, mengenali perbuatannya, perkataanya, kepemimpinannya, kebijakannya, kesabaran, keimanan dan ketakwaannya. Kita bandingkan dengan perbuatan kita, Sudah sejauh mana kita mengenal beliau? Oleh karena itu, mari kita mulai kembali menorehkan kebaikan. Kita kenali kembali Rasul kita dengan mengikuti tauladannya. Mengenal Rasulullah adalah kebutuhan setiap muslim untuk membentuk pribadi muslim yang hakiki. Hiasi hidup ini dengan tauladan Rasulullah, dengan segala perbuatan baiknya. Nisacaya hidup ini akan tentram dan indah. Mari kita mengamalkan segala sesuatu yang telah beliau ajarkan. Agama islam adalah agama yang akan mengantarkan kita ke syurga dan Rasulullah adalah pembawa kabar gembira bagi ajaran islam.
Wallahu a'lam.
---
Dinukil dari: http://inspirasi07.blogspot.com/
Silakan tambahkan komentar sesuai dengan topik, terima kasih.
EmoticonEmoticon